Mentri Pendidikan Mujahir Efendi |
Mentri pendidikan
yang baru kembali mencetuskan ide yang kontroversial setelah beberapa saat lalu
mengumumkan ide fullday school yang tak kalah gila. Yang membuat saya
menggunakan terminologi “gila” karena penyampaian ide tanpa melalui proses
kajian, bahkan saya berfikir orang ini bicara tanpa berfikir. Ide tersebut
adalah penghapusan PR.
Mentri pendidikan,
Mujahir Efendi mengatakan bahwa Sekolah harus bisa menyajikan
pembelajaran yang menggembirakan. Untuk mengimplementasikannya, pak Muhadjir
punya beberapa rencana program. Salah satunya yang terbaru adalah rencana
penghapusan PR sekolah.
Gilanya lagi, dengan PeDe nya beliau
mengatakan program penghapusam PR ini akan diimplementasikan semester depan.
Ini beritanya: http://www.tribunnews.com/nasional/2016/10/06/mendikbud-sebut-penghapusan-pr-sekolah-berlaku-semester-depan
Ide penghapusan PR
dikatakan akan di integrasikan dengan program full day school. Bagaimana ide
ini bisa muncul di kepala mentri ini, sementara ide full day school saja
memunculkan kegaduhan dimana-mana. Landasan full day school memang sangat
bagus, namun apakah ide ini dapat di implementasikan di semua daerah?
PR merupakan
kelanjutan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Tujuan guru memberikan PR pada
siswa adalah agar siswa mengulang kembali materi yang telah disampaikan guru.
Dengan kata lain PR di berikan oleh guru agar siswa belajar kembali secara
mandiri untuk mencapai pemahaman yang mendalam terhadap materi.
Saya setuju jika
siswa memang tidak boleh di forsil dalam belajar, namun penghapusan PR akan
berdampak semakin malasnya siswa untuk belajar. Saya lebih setuju pada
pembatasan jumlah PR yang diberikan oleh guru. Guru mata pelajaran harus saling
berkoordinasi agar jumlah PR yang diberikan tidak terlalu banyak per harinya.
Jadi Pak Jokowi,
tolong anda cek lagi kompetensi mentri anda ini. Mungkin beliau kurang minum kopi.