SOK KAU NEGUR-NEGUR! INI HIDUPKU BOY!!

Sok Kau Negur-Negur! Ini Hidupku Boy!!
Ya.. kurang lebih seperti itu yang ada dipikiran ABG saat ditegur. Saya pernah ABG dan saya juga pernah punya pikiran yang sama. Jadi izinkan saya berbagi sedikit pendapat saya, jangan marah dulu, baca dulu. Pleaseee!! hehee.. agak alay ya :-p

Tidak dapat dipungkiri masa remaja adalah masa dimana seorang manusia sedang belajar untuk jadi dewasa, musti belajar bang? jelas!! Saat seorang sedang berusaha jadi pribadi yang dewasa, konsepnya dunia ini harus dieksplore, coba banyak hal. Apakah salah? tentu saja tidak. Justru ini hal yang baik. Namun ingat, coba-coba juga harus bertanggung jawab.

Pada masa-masa seperti ini teguran terdengar sangat menyakitkan, apalagi jika sang penegur menggunakan nada marah, atau bahkan terkesan mengatur. 

Sebelum kamu marah mari kita sama-sama merenung, teguran pasti berasal dari seseorang yang care sama kamu, ntah itu dari sahabat, saudara yang lebih tua, orang tua, atau guru. Jika tidak ada teguran dari orang-orang terdekatmu berarti tidak ada yang peduli dengan kamu. Siapa sih yang tidak suka di pedulikan? bohong jika kamu bilang kamu suka jika tidak ada yang peduli dengan kamu.

Mungkin kamu berpikir orang dewasa sok mengatur, ingat bukan mengatur, mereka hanya PEDULI. Salahkah?

Kembali lagi, tidak salah jika di masa-masa ini kamu ingin mencoba banyak hal, tapi mari jangan skeptis dulu dengan teguran. Kamu mau lebih meng-eksplore masa mudamu silakan, seperti judul, ini hidupmu kok. Semuanya ada didalam kendalimu. Sekeras apapun orang-orang yang mempedulikanmu menegurmu, tetap saja pilihan tetap ada ditanganmu. Mereka hanya bisa mengingatkan.

Nah! ini dia poinnya. MENGINGATKAN! Saat kamu coba banyak hal, rentan sekali tersesat dan salah arah. Disinilah teguran memainkan perannya. Saat ada yang menegurmu, teguran itu seperti petunjuk bagimu. Kalau saya boleh analogikan, teguran itu seperti rambu-rambu lalu lintas. Apa rasanya jika dijalan tidak ada rambu lalu lintas, apa lagi jika jalan yang sedang kamu lalui itu adalah jalan yang baru kamu lalui, kamu sedang dalam kecepatan tinggi tiba-tiba ada tikungan tajam, sulit kan? Kira-kira seperti itulah teguran memainkan perannya. Jika kamu mengabaikan teguran bukan tidak mungkin kamu mengalami masalah. Ya.. misalnya ada rambu tikungan tajam tapi kamu tidak mengurangi kecepatan, apa yang terjadi?? Nyungsep braay... bahasa Dayaknya, "Nyungkapm".. hahaa

Jadi dari pada Nyungkapm mari jangan skeptis dulu dengan teguran, iya kalau hanya nyungkapm, kalau sampai kehilangan nyawa bagaimana? Setidak kita jangan sampai menyakiti hati orang yang menegur kita, jika sampai kamu berekspresi berlebihan terhadap orang yang menegurmu bukan tidak mungkin mereka jadi tidak peduli lagi. Nah kalau sudah begitu sama saja artinya kamu berkendara tanpa rambu lalu lintas, tidak jelas, buta dan gelap.

Kura-kura seperti itu pendapat saya, kalau salah maap. Kalau kamu setuju, jangan cuma baca, share! Mari kita peduli dengan kehidupan ini, masa depan belum jelas boy, jangan dihancurkan hanya karna kepalamu keras. Jika ada yang menegurmu, kalau tidak mau berterimakasih setidaknya jangan buat mereka mengabaikanmu.


ENZIM - REACTION BOOSTER

Tubuh mahkluk hidup memerlukan energi untuk dapat beraktivitas. Energi tersebut didapatkan dari makanan. Makanan tersebut kemudian didalam tubuh akan mengalami proses yang disebut katabolisme, atau memecahkan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Selain memecahkan senyawa untuk menghasilkan energi, tubuh juga melakukan proses menyusun senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, proses ini disebut Anabolisme. Tujuan anabolisme adalah untuk menyimpan energi atau membentuk tubuh (sintesis protein).
Metabolisme. demikianlah kita menyebut proses-proses yang terjadi didalam tubuh, baik katabolisme maupun anabolisme. Metabolisme merupakan reaksi kimia biasa yang dapat berlangsung dengan sendirinya, namun sangat pelan. Metabolisme yang berjalan lambat sangat berbahaya bagi tubuh, karena tubuh terus memerlukan energi. Jika aktivitas tubuh terus berlangsung, maka energi juga akan terus dipelukan, jangan sampai lebih besar pasak dari pada tiang.
Agar kebutuhan energi bisa dipenuhi dengan cepat, maka reaksi-reaksi metabolisme juga harus cepat. Untuk inilah Tuhan menciptakan ENZIM. Enzim berfungsi untuk menpercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi reaksi. Perhatikan diagram berikut ini.

Perbandingan progres reaksi dengan dan tanpa enzim
Diagram diatas menunjukan perbedaan progress reaksi tanpa enzim dan dengan enzim. Garis merah menunjukan reaksi tanpa enzim, dan garis hitam menunjukan reaksi dengan enzim. 
Kita sudah mengetahui cara kerja enzim, tapi sebenarnya apakah enzim itu? Enzim adalah protein. Karena enzim adalah protein tentu saja enzim memiliki sifat yang sama dengan protein. Karena sifatnya yang sama dengan protein, ada beberapa kondisi yang mempengaruhi kinerja enzim. Kinerja enzim terganggu karena strukturnya rusak, hal-hal yang dapat merusak enzim antara lain:
  1. Temperatur: Suhu yang tinggi dapat merusak protein. Karena enzim adalah protein maka enzim juga rusak.
  2. pH: Enzim sama dengan protein yang rusak jika terkena pH rendah dan pH tinggi. pH optimal untuk enzim adalah 7 (Netral)
Kinerja enzim juga dapat terganggu oleh substansi pengganggu yang disebut inhibitor.
Enzim bekerja secara khusus pada substrat tertentu. Misalnya Amilum (Karbohidrat pada nasi) akan selalu berurusan dengan enzim Amilase, sedangkan lemak (lipid) akan selalu berurusan dengan lipase. Lipase tidak akan berurusan dengan amilum, demikian juga amilum tidak akan berurusan dan amilase.

Demikianlah sedikit pembahasan kita seputar enzim, Kiranya bermanfaat.

MENGENAL BAGIAN-BAGIAN GINJAL DAN FUNGSINYA

Bagian-Bagian Dalam Ginjal dan Fungsinya

Ginjal merupakan salah satu organ eksresi yang berperan dalam osmoregulasi dan mengeluarkan racun berupa urea dari tubuh. Berikut ini adalah bagian-bagian dari ginjal.
Bagian-bagian Ginjal
  1. Nefron: bagian ini adalah bagian yang menyaring darah, dan seperti yang tadi sudah dibahas sebelumnya, di dalam korteks ada jutaan nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus, kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal, distal, kolektivus dan juga lengkung henle yang kan dibahas pada poin selanjutnya.
  2. Glomerulus: bagian ini berfungsi sebagai tempat penyaringan darah yang menyaring air, garam, asam amino, glukosa dan juga urea. Setelah itu glomerulus akan menghasilkan urin primer yang akan dilanjutkan ke bagian selanjutnya.
  3. Kapsula Bowman: bagian-bagian ginjal dan fungsinya selanjutnya adalah kapsula bowman, sebuah kantong atau kapsul yang menyelimuti glomerulus.
  4. Tubulus kontortus Proksimal: seperti yang sudah dibahas tadi, bagian ini berfungsi untuk reabsorbsi urin primer untuk menghasilkan urin sekunder.
  5. Lengkung henle: sedangkan bagian ini adalah penghubung antar tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
  6. Tubulus kontortus distal: setelah menjadi urine sekunder, zat-zat yang tidak berguna dilepaskan oleh tubulus kontortus distal dan menghasilkan urin sesungguhnya.
  7. Tubulus Kolektivus: sedangkan bagian ini berbentuk seperti tabung yang panjang dan sempit yang menampung urin untuk disalurkan ke pelvis menuju ke kandung kemih sebelum akhirnya dikeluarkan dari tubuh.
Bagaimana? Apakah Anda sudah paham mengenai bagian-bagian ginjal dan fungsinya? Agar lebih memahaminya silahkan Anda lihat gambar ginjal dan fungsinya di atas. Jika sudah paham, mungkin Anda juga harus mengetahui tentang proses-proses apa saja yang ada di dalam ginjal. Adapun rangkaian proses yang terjadi di dalam ginjal adalah proses filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi. Dan rangkaian proses tersebut akan menghasilkan urin sebenarnya yang kita keluarkan setiap harinya.
Proses Terbentuknya Urin yang Terjadi pada Bagian-Bagian Ginjal
  1. Filtrasi
Proses filtrasi ini terjadi pada kapiler glomerulus dan kapsul bowman. Ada beberapa faktor yang bisa memantu melancarkan proses filtrasi ini, yaitu tekanan hidrolik dan juga pemeabilitas yang tinggi pada glomerulus itu sendiri. Pada glomerulus juga terjadi beberapa proses lain diantaranya adalah pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan juga sebagian besar protein plasma yang ada di dalam tubuh. Proses ini akan menghasilkan urin primer.
  1. Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan menghasilkan urin sekunder. Pada proses ini akan terjadi penambahan beberapa zat sisa serta urea yang ada pada tubulus kontortus distal. Sedangkan zat-zat yang masih berguna pada urin primer yang melalui proses reabsorbsi akan dikembalikan lagi ke darah melalui pembuluh kapiler.
  1. Augmentasi
Proses terakhir adalah proses augmentasi di mana urin sekunder yang berasal dari lengkung henle akan disalurkan ke tubulus kontortus distal. Pada bagian itulah urin sekunder akan mengalami proses augmentasi, di mana urin sekunder akan ditambahkan beberapa zat yang tidak dibutuhkan tubuh. Proses ini akan menghasilkan urin sesungguhnya yang akan dikeluarkan melalui ureter. Urin tersebut terdiri dari 96% air, 1,5% garam, dan 2,5 urea, sedangkan sisanya terdiri dari substansi lainnya.
Demikian penjelasan mengenai bagian-bagian ginjal dan fungsinya beserta penjelasan proses-proses pembentukan urin yang terjadi pada ginjal. Semoga bermanfaat.
Disadur dari: dedaunan.com

MEMBUAT MEDIA TUMBUH BAKTERI SEDERHANA TANPA LABORATORIUM

Media tumbuh bakteri sederhana
Bakteri merupakan salah satu objek yang dipelajari di kelas X pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Bakteri merupkan salah satu organisme yang jumlahnya paling banyak dan paling sering bersentuhan dengan manusia. 

Salah satu kegiatan pembelajaran pada materi mengenai bakteri adalah menumbuhkan bakteri pada media tumbuh bakteri. Namun, tidak semua guru pada akhirnya memilih untuk tidak melakukan kegiatan ini karena terkendala fasilitas laboratorium sekolah yang kurang memadai.

Sebenarnya media tumbuh bakteri dapat dibuat dengan peralatan dapur sederhana dan tanpa memerlukan ruang laboratorium, cukup di dapur. Berikut ini saya akan memaparkan alat bahan, proses pembuatan dan analisis fungsi dari bahan-bahan tersebut.

Alat dan Bahan
  • Bubuk agar-agar tanpa rasa dan warna
  • Gula pasir
  • Daging merah
  • Pisau
  • Panci
  • Dandang pengukus
  • Toples selai
  • Plastik
  • Karet gelang
Langkah Pembuatan
Agar lebih jelas silakan amati proses pembuatan yang kami lakukan sendiri pada video berikut ini.



Analisis Fungsi Alat dan Bahan
1) Agar-agar
Berfungsi untuk memadatkan medium supaya koloni bakteri yang tumbuh lebih mudah teramati

2) Gula
Sebagai sumber energi bagi bakteri

3) Daging merah
Sebagai sumber protein bagi bakteri

4) Pisau
Untuk memotong daging

5) Panci
Untuk merebus daging dan membuat kaldu dari daging

6) Toples selai
Untuk menempatkan medium

7) Plastik
Untuk menutup medium supaya tidak terkontaminasi udara

8) Karet gelang
Untuk merapatkan tutup toples supaya udara tidak dapat masuk

9) Dandang
Untuk mengukus medium agar terbebas dari kontaminan yang mungkin masuk pada saat proses pembekuan agar-agar

Demikianlah cara pembuatan dan penjelasan fungsi alat dan bahan pada pembuatan medium tumbuh bakteri sederhana. Yang terpenting pada proses ini adalah sterilitas pada saat proses pembuatannya, supaya tidak terkontaminasi sebelum medium digunakan. Kiranya bermanfaat dan selamat mencoba.

BUKAN PAHLAWAN TANPA TANDA JASA (SPESIAL HARI GURU Ke - 71)

Medal Of Honor
"Tanpa tanda jasa", demikian bunyi lirik terakhir dari lagu Hymne Guru. Tak ayal lagi lirik lagu karya Sartono ini melemahkan semangat para guru yang sudah berjuang keras memperjuangkan pendidikan bagi anak didiknya di sekolah.

Selain melemahkan semangat para guru, kalimat "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa" juga membuat gengsi menjadi guru jadi meluncur bebas, dari yang dulunya profesi guru sangat diburu dan orang berlomba-lomba untuk menjadi guru, hingga yang saat ini hampir tidak ada anak-anak yang memiliki cita-cita untuk menjadi guru. 

Berbicara tentang penghargaan atas jasa, saya rasa kalimat "Guru pahlawan tanpa tanda jasa" kurang tepat untuk disematkan pada para guru yang telah berjuang keras untuk membebaskan sebuah negara dari kebodohan. Jasa guru tidak dapat diperbandingkan dengan tanda  jasa yang disematkan pada para pahlawan perang atau pahlawan kemerdekaan, karena memang hal yang diperjuangkan juga berbeda.

Para pahlawan kemerdekaan diberikan penghargaan atau tanda jasa berupa pangkat berbintang sekian, guru memang tidak diberikan tanda jasa yang seperti itu. Namun, bukan berarti tanda jasa itu tidak ada. Jadi apa tanda jasa bagi para guru?

Keberhasilan para siswa yang di didiknya, itulah tanda jasa bagi para guru. Suatu kebanggaan terbesar bagi guru melihat siswa yang dididiknya menjadi orang yang sukses, tidak kalah bangganya dari para pahlawan perang yang diberi "medal of honor". Coba saudara bayangkan, bagaimana bangganya guru yang pernah mendidik Pak Joko Widodo yang berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia, tidak terbayangkan kan? 

Itulah kebanggaan menjadi guru, ketika siswa yang di didiknya berhasil menjadi orang yang sukses dan memberi pengaruh besar bagi negara bahkan dunia. Bukan logam-logam perak atau emas berbentuk bintang, tapi lebih dari itu. Jadi, apakah kita masih bisa mengatakan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa? 

Jika dikatakan kurang perhargaan dari pemerintah, saya setuju. Kondisi ini memang semakin hari semakin membaik, pemerintah terutama pada masa pemerintahan Pak Jokowi ini guru sudah mulai di perhatikan, baik dari segi fasilitas maupun segi kesejahteraan. Meskipun kita masih melihat kondisi-kondisi memprihatinkan terutama guru-guru di pedalaman, dimana guru selain berjuang dengan fasilitas yang minim, juga berjuang dengan kondisi jalan yang jauh dari kata baik untuk menuju sekolah yang menjadi arena perangnya untuk memperjuangkan pendidikan untuk anak bangsa. Kita sama-sama berharap kiranya pemerintah terus megusahakan yang terbaik.

Semangat bapak ibu guru, perjuangkan pendidikan anak bangsa, dan raih tanda jasamu.


MEDIA REALITA

Torso Manusia

Media pembelajaran realita merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang memanfaatkan objek asli atau objek yang menyerupai objek aslinya. Menurut Hamalik (1986) pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Media realita memanfaatkan objek asli atau replika yang menyerupai aslinya untuk mempelajari suatu materi, misalnya menggunakan Torso Manusia untuk mempelajari anatomi manusia. Benda nyata (real thing) merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti.

Fungsi Media Realita
Sebagai obyek nyata, media realita merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, media realita banyak digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu untuk memperkenalkan subjek baru. Media realita mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual. 

Jenis-jenis Media Realita
Media realita dapat dikelompokkan menjadi media segar dan media awetan.

1) Media segar
Media segar atau seringkali disebut sebagai preparat segar dapat diartikan sebagai media yang langsung disiapkan dan dipakai saat media tersebut masih benar-benar alami. Contoh media segar yang umum digunakan dalam kegiatan pembelajaran biologi adalah:
  • Tumbuhan dan bagian-bagiannya; akar, batang, daun, bunga, buah, biji, sporangium dan sebagainya
  • Binatang; mencit, burung merpati, katak hijau, ikan, udang, belalang, jangkrik, cacing tanah, Planaria dan sebagainya.
2) Media Awetan
Media awetan terdiri dari awetan basah dan awetan kering. Awetan basah dibuat dengan cara merendam tumbuhan dan atau binatang baik dalam bentuk utuh atau pun bagian-bagiannya dalam larutan pengawet. Awetan kering dibuat dengan cara mengeringkan tumbuh-tumbuhan, binatang atau bagian-bagiannya baik dengan atau tanpa bahan pengawet.

Arif Sidharta dan Yamin Winduono (2009) mengemukakan jenis-jenis media pembelajaran asli dikelompokan sebagai berikut.
  • Media asli hidup, seperti,: aquarium dengan ikan dan tumbuhannya, terrarium dengan hewan darat dan tumbuhannya, kebun binatang dengan semua binatang yang ada
  • Media asli mati, misalnya: herbarium, taksidermi, awetan dalam botol, bioplastik dan diorama (pameran hewan dan tumbuhan yang telah dikeringkan dengan tampilannya seperti aslinya di alam).
  • Media asli benda tak hidup, contoh: berbagai jebis batuan mineral, kereta api, pesawat terbang, mobil, gedung, papan tulis, papan tempel, dan zat-zat kimia (padat/serbuk, cair/larutan, gas).
  • Media asli tiruan atau model, seperti: model irisan bagian dalam bumi, model penampang batang, penampang daun, model boneka, model torsomanusia yang dapat dilepas dan dipasang kembali, model globe, model atom
Strategi Penggunaan Media Realita dalam Pembelajaran
Hal lain yang penting diperhatikan dalam menggunakan realita sebagai media pembelajaran adalah:
  • Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat berinteraksi langsung dengan benda yang sedang dipelajari;
  • Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mempelajari objek sebagai sumber informasi dan pengetahuan;
  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari sebanyak mungkin yang berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari;
  • Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau resiko yang akan dihadapi siswa pada saat mempelajari media realita.
Kendala Pelaksanaan Media Realita
Adapun dalam pelaksanaannya, media realita memiliki beberapa kendala, diantaranya:
  • Objek; sebagai sumber fakta yang terbatas, terjadi karena objek tidak ada, kemelimpahannya tidak tepat dengan waktu belajar (musim), sulit dijangkau karena jarak, posisi atau lokasi, terlalu kecil atau terlalu besar, berbahaya bila didekati atau dilindungi.
  • Terbatasnya sarana laboratorium; merupakan suatu yang umum terjadi. Keterbatasan ini bisa disebabkan karena alatnya yang tidak ada atau rusak. Umumnya sekolah jarang menganggarkan dana untuk pemeliharaan perangkat laboratorium, akibatnya banyak alat-alat yang rusak karena tidak terpelihara.
  • Siswa terlalu banyak, proporsi siswa - guru tidak seimbang; Keadaan ini mengakibatkan siswa tidak belajar secara optimal. Jumlah kelas yang terlalu banyak menyulitkan guru untuk membagi perhatian kepada seluruh siswa secara merata dalam mengembangkan tuntutan kurikulum.

Media pembelajaran harus dirancang, disusun, dibuat, dan disiapkan sedemikian rupa oleh guru sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan fungsinya.

Berikut ini adalah pelaksanaan Media Realita berdasarkan pengalaman penulis: 

Diadaptasi dari: Materi Guru Pembelajar (Media Pembelajaran)

PROBLEM BASE LEARNING (PBL)

Problem Base Learning
Konsep

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu modelpembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Ada empat strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu:
  • Permasalahan sebagai kajian
  • Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
  • Permasalahan sebagai contoh Permasalahan sebagai bagian yang tak
  • Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut.

Model PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut:

  1. Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat.
  2. Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya. 
  3. Realisme: kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional.
  4. Active-learning: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
  5. Umpan Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
  6. Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada ketrampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management. 
  7. Driving Questions: PBL difokuskan pada permasalahan yang memicu peserta didik berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
  8. Constructive Investigations: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
  9. Autonomy: proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah

FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah
  • Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yag dibutuhkan
  • Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman


Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja



Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
  1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar.
  2. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya. 
Sumber: Guru Pembelajar

PROJECT BASE LEARNING (PjBL)

Project Base Learning

Konsep
Pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
PjBL merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBLproses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Karakteristik model project based learning
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut.
  • peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
  • adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
  • peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan,
  • peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
  • proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
  • peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,
  • produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
  • situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

 Kelebihan project based learning
  • Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
  • Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
  • Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
  • Meningkatkan kolaborasi.
  • Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
  • Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
  • Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
  • Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
  • Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
  • Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Kelemahan project based learning
  • Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam penelitian atau percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
  • Kemungkinan adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
  • Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Model pembelajaran berbasis proyek pada penerapannya melalui tahap-tahap: 
  1. Penentuan Pertanyaan Mendasar, 
  2. Mendesain Perencanaan Proyek, 
  3. Menyusun Jadwal, 
  4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, 
  5. Menguji Hasil, dan 
  6. Mengevaluasi Pengalaman
Pelaksanaan
Pada penerapannya dalam pembelajaran guru dan peserta didik dapat bekerja sama mendisain proyek, merancang perencanaan proyek dan menyusun jadwal. Untuk memandu pembelajaran ini guru dapat mendisain instrumen-instrumen lembar kerja peserta didik karena pelaksanaan pembelajaran umumnya dilakukan sebagai tugas diluar tatap muka kecuali pelaporan hasil proyek. Untuk penilaiannya guru harus menyiapkan instrumen penilaian proyek.
Sistem Penilaian
Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama pembelajaran.
Penilaian proyek pada model ini merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya harus mempertimnagkan 3 hal yaitu: 
  • kemampuan pengelolaan, 
  • relevansi, 
  • keaslian.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Sumber: Guru Pembelajar